A.
Pengertian Linguistik Terapan
Kata linguistik
(linguistics-Inggris) berasal dari bahasa Latin “lingua” yang berarti bahasa.
Dalam bahasa Perancis “langage-langue”; Italia “lingua”; Spanyol “lengua” dan
Inggris “language”. Akhiran “ics” dalam linguistics berfungsi untuk menunjukkan
nama sebuah ilmu, yang berarti ilmu tentang bahasa, sebagaimana istilah
economics, physics dan lain-lain.
Menurut Pringgodigdo dan Hasan Shadili, sebagaimana dikutip oleh Mansoer Pateda, “linguistik adalah penelaahan bahasa secara ilmu pengetahuan”. Sedangkan AS Hornby membagi kata linguidtics ke dalam dua kategori, sebagai kata sifat dan kata benda. Linguistics sebagai kata sifat berarti “the study of language and languages”.
Menurut Pringgodigdo dan Hasan Shadili, sebagaimana dikutip oleh Mansoer Pateda, “linguistik adalah penelaahan bahasa secara ilmu pengetahuan”. Sedangkan AS Hornby membagi kata linguidtics ke dalam dua kategori, sebagai kata sifat dan kata benda. Linguistics sebagai kata sifat berarti “the study of language and languages”.
Sedangkan linguistics sebagai kata
benda, berarti “the science of language; methods of learning and studying
languages”. Dengan demikian, linguistik menurut AS Hornby berarti ilmu bahasa
atau metode mempelajari bahasa.
Sedangkan Kata Terapan/menerapkan,
berpadanan dengan to apply, yang Artinya Memakai atau Menggunakan bisa juga dimaknai
Menginjak, Mempergunakan, dan mengerahkan. Makna kata Applied = put to
practical use. Dari kata applied lahir gabungan kata applied linguistic yang
sepadan dengan linguistic terapan (ilmu lugah al-tatbiqy). Namun Ada pula ahli
linguis yang tidak setuju dengan istilah itu, Spolsky lebih setuju dengan
istilah educational linguistic (linguistic Pendidikan)
Jadi bisa di simpulkan bahwa
linguistik terapan adalah pemanfaatan pengetahuan tentang alamiah bahasa yang
dihasilkan oleh peneliti bahasa yang dipergunakan untuk meningkatkan
keberhasilgunaan tugas-tugas praktis yang menggunakan bahasa sebagai komponen inti.
B.
Sejarah Linguistik Terapan
Istilah linguistik terapan mengacu
pada berbagai kegiatan yang melibatkan beberapa hal yang terkait dengan
pemecahan masalah bahasa atau menangani beberapa kekhawatiran terkait bahasa.
Ia seolah-olah diterapkan linguistik, setidaknya di Amerika Utara, pertama
secara resmi diakui sebagai kursus independen di University of Michigan pada
tahun 1946.
Selama akhir 1950-an dan awal
1960-an, penggunaan istilah ini secara bertahap diperluas dengan memasukkan apa
yang kemudian dirujuk ke terjemahan otomatis. Pada tahun 1964 setelah dua tahun
bekerja persiapan dibiayai oleh Dewan Eropa, Association Internationale de
Linguistique Appliquée (Asosiasi Internasional Linguistik Terapan biasanya
disebut oleh Perancis AILA singkatan) didirikan dan kongres internasional
pertama yang diadakan di Nancy, Perancis.
Makalah untuk kongres itu diminta
dalam dua alur pengajaran bahasa asing yang berbeda dan terjemahan otomatis.
Selama bertahun-tahun, dengan fokus perhatian terus memperluas. pengurus AILA
menggambarkan diterapkan linguistik “sebagai sarana untuk membantu memecahkan
masalah-masalah tertentu dalam masyarakat.
Linguistik diterapkan berfokus pada
berbagai daerah dan kompleks dalam masyarakat di mana bahasa memainkan peran
Tampaknya terdapat konsensus bahwa tujuannya adalah untuk menerapkan temuan dan
teknik dari penelitian dalam linguistik dan disiplin terkait untuk memecahkan
masalah praktis.
Selain pengajaran bahasa asing dan
terjemahan mesin, sampling sebagian isu-isu yang dianggap penting bagi bidang
linguistik diterapkan saat ini termasuk topik-topik seperti bahasa untuk tujuan
khusus (misalnya bahasa dan masalah komunikasi yang berkaitan dengan
penerbangan, gangguan bahasa, hukum, kedokteran, ilmu ), kebijakan dan
perencanaan bahasa, dan bahasa dan masalah keaksaraan.
Di Britania Raya, sekolah pertama
linguistik diterapkan diperkirakan telah dibuka di tahun 1957 di Universitas
Edinburgh dengan Ian Catford sebagai Kepala. Di Amerika Serikat, sebuah
organisasi pendidikan nirlaba, yang Pusat Linguistik Terapan (CAL), didirikan
pada tahun 1959 dengan Charles Ferguson sebagai Direktur yang pertama.
CAL misi tetap untuk ‘mempromosikan
studi bahasa dan untuk membantu orang dalam mencapai pendidikan, pekerjaan, dan
sosial tujuan mereka melalui komunikasi yang lebih efektif’. Organisasi
melakukan misinya dengan mengumpulkan dan menyebarkan informasi melalui
berbagai tempat transaksi yang sudah beroperasi, dengan melakukan penelitian
praktis, dengan mengembangkan materi praktis dan pelatihan individu seperti
guru, administrator, atau spesialis sumber daya manusia untuk menggunakan ini
untuk mengurangi hambatan yang membatasi kemahiran bahasa dapat berpose untuk
budaya dan bahasa beragam individu ketika mereka mencari dan efektif
partisipasi penuh dalam pendidikan atau peluang kerja
Sedangkan sejarah Linguistik Terapan
di Indonesia, hingga saat ini studi linguistik di Indonesia belum ada catatan
yang lengkap, meskipun studi linguistik di Indonesia sudah berlangsung lama dan
cukup semarak.
Pada awalnya penelitian bahasa di
Indonesia dilakukan oleh para ahli Belanda dan Eropa lainnya, dengan tujuan
untuk kepentingan pemerintahan kolonial. Pendidikan formal linguistik di
fakultas sastra (yang jumlahnya juga belum seberapa) dan di lembaga-lembaga
pendidikan guru sampai akhir tahun lima puluhan masih terpaku pada
konsep-konsep tata bahasa tradisional yang sangat bersifat normatif.
Perubahan baru terjadi, lebih tepat
disebut perkenalan dengan konsep-konsep linguistik modern. Pada tanggal 15
November 1975, atas prakarsa sejumlah linguis senior berdirilah organisasi
kelinguistikan yang diberi nama Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI).
Anggotanya adalah para linguis yang
kebanyakan bertugas sebagai pengajar di perguruan tinggi negeri atau swasta dan
di lembaga-lembaga penelitian kebahasaan. Sesuai dengan fungsinya sebagai
bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa negara maka bahasa Indonesia
tampaknya menduduki tempat sentral dalam kajian linguistik dewasa ini, baik di
dalam negeri maupun di luar negeri
C.
Objek Kajian Linguistik Terapan
Sebagaimana telah disinggung di
atas, bahwa objek kajian linguistik terapan tidak lain adalah bahasa, yakni
bahasa manusia yang berfungsi sebagai sistim komunikasi yang menggunakan ujaran
sebagai medianya; bahasa keseharian manusia, bahasa yang dipakai sehari-hari
oleh manusia sebagai anggota masyarakat tertentu, atau dalam bahasa Inggris
disebut dengan an ordinary language atau a natural language. Ini berarti bahasa
lisan (spoken language) sebagai obyek primer linguistik, sedangkan bahasa
tulisan (written language) sebagai obyek sekunder linguistik, karena bahasa
tulisan dapat dikatakan sebagai “turunan” bahasa lisan.
Sementara itu, Ferdinand De Saussure
(1857-1913), -seorang ahli linguistik kebangsaan Swiss yang dianggap sebagai
bapak linguistik modern- menegaskan bahwa objek linguistik mencakup “langage,
langue dan parole”. Langage (Inggris; Linguistic disposition) adalah bahasa
pada umumnya, seperti dalam ungkapan “manusia mempunyai bahasa, sedangkan hewan
tidak mempunyai bahasa”. Langue (Inggris; language) berarti bahasa tertentu
seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Indonesia dan lain-lain. Sedangkan
parole (Inggris; speech) berarti logat, ucapan atau tuturan.
Sebenarnya kata Language dalam
bahasa Inggris meliputi baik langage maupun langue dalam bahasa Perancis. Namun
demikian, parole merupakan objek kongkrit linguistik, langue merupakan objek
yang sudah lebih abstrak, sedangkan langage merupakan objek yang paling
abstrak.
Sebenarnya ada beberapa ilmu yang
berhubungan dengan linguistik terapan sebagai objek kajiannya, antara lain:
1)
Linguistik terapan atau ilmu-ilmu tentang aspek-aspek bahasa; dan dalam hal ini
bahasa digunakan dalam arti harfiyah. Inilah yang disebut pure linguistik atau
linguistik murni.
2)
Ilmu-ilmu tentang bahasa; dan dalam hal ini, istilah bahasa digunakan dalam
arti metaforis atau kiasan. Contoh ilmu yang termasuk kategori ini adalah
kinesik dan paralinguistik. Kinesik adalah ilmu tentang gerak tubuh/kial/ body
language, seperti anggukan kepala, isyarat tangan dan lain-lain. Paralinguistik
adalah ilmu yang memusatkan perhatiannya pada aktifitas-aktifitas tertentu yang
mengiringi pengucapan bahasa, seperti desah nafas, decak, ketawa, batuk-batuk
kecil, bentuk-bentuk tegun seperti ehm, anu, apa itu, apa ya dan lain
sebagainya.
3)
Ilmu tentang pendapat-pendapat mengenai bahasa. Contohnya metalinguistik, yakni
ilmu yang membicarakan seluk beluk “bahasa” yang dipakai untuk menerangkan
bahasa yang tercermin dalam istilah studi teori linguistik, studi metode
linguistik dan lain-lain.
4)
Ilmu-ilmu mengenai ilmu bahasa. Yang termasuk kategori ini adalah studi-studi
yang mengkhususkan dirinya pada ilmu linguistik itu sendiri, sperti studi
tentang sejarah perjalanan ilmu linguistik, studi linguistik pada abad ke dua
puluh dan lain-lain.
Dari keempat jenis ilmu tersebut di
atas, maka hanya nomor (1) saja yang bisa disebut sebagai ilmu linguistik yang
murni karena objeknya bahasa yang benar-benar bahasa, sedangkan objek keatiga
ilmu lainnya bukanlah bahasa dalam pengertian sehari-hari .
Bahasa yang menjadi objek linguistik
terapan dipelajari dari berbagai aspeknya atau tatarannya. Tataran bahasa itu
meliputi aspek bunyi, morfem dan kata, frase dan kalimat serta aspek makna.
Cabang linguistik yang mempelajari
aspek bunyi bahasa adalah fonologi. Tataran morfem atau kata dipelajari dalam
morfologi. Tataran frase/kalimat dibahas dalam sintaksis. Sedangkan aspek makna
bahasa dipelajari dalam ilmu tersendiri yang disebut semantik.
Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa cabang-cabang linguistik ditinjau dari tatarannya terdiri dari fonologi,
morfologi, sintaksis dan semantik. Berpijak pada apa yang telah dikemukakan
oleh Ramelan tersebut di atas, maka jelaslah bahwa objek kajian linguistik
adalah bahasa.
Istilah bahasa memang sering
disalahfahami oleh orang. Sebagian orang menganggap bahasa mencakup semua
sarana yang bisa digunakan sebagai alat komunikasi seperti tulisan, isyarat,
gerakan tangan dan bibir yang digunakan oleh kelompok orang tuli dan bisu dan
lain-lain.
Oleh karena itu perlu ada definisi
yang jelas mengenai bahasa yang menjadi objek kajian linguistik. Dalam ilmu
linguistik bahasa juga diartikan sebagai alat komuniasi yang dengannya pesan
dapat tersampaikan. Namun demikian, ada perbedaan antara bahasa dengan alat
komunikasi yang lain berkaitan dengan medianya.
Sebagai contoh, dalam tulisan,
medianya adalah simbol-simbol tertulis, dalam isyarat medianya adalah gerakan
tubuh. Sedangkan dalam bahasa, media yang digunakan untuk berkomunikasi adalah
bunyi-bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat organ manusia.
Oleh karena itu, dalam perspektif
ilmu linguistik, sistim atau alat komunikasi lain yang tidak menggunakan bunyi
ujaran sebagai medianya tidak termasuk bidang kajian linguistik. Dari sini
jelaslah bahwa objek kajian linguistik adalah sistim bunyi yang terartikulasi
dan digunakan oleh manusia dalam komunikasi antar mereka.
Linguistik terapan menggunakan
metode ilmiah seperti metode induktif dan deduktif dalam meneliti bahasa.
Metode induktif digunakan dalam menyusun generalisasi dari hasil penelitian
yang diambil dari observasi-observasi yang mendalam.
Sedangkan metode deduktif digunakan
pada saat seorang linguis ingin menguji validitas atas teori atau hukum yang
telah mapan sebelum ia melakukan penelitian.
Ciri ilmu yang terakhir adalah bahwa
ilmu itu tidak bersifat statis tetapi dinamis. Kedinamisan linguistik ditandai
dengan keterbukaannya terhadap perubahan terutama jika ada data tambahan atau
penemuan baru yang menolak teori-teori sebelumnya. Linguistik adalah ilmu yang
selalu tumbuh dan berkembang serta senantiasa memperhatikan temuan-temuan baru.
Ini berarti mereka yang menyebut
dirinya seorang linguis harus bersikap terbuka dan senantiasa menerima kebenaran-kebenaran
baru dari hasil penelitian kebahasaan yang ada. Ketika seorang linguis meneliti
bahasa dan membuat kesimpulan atas penelitiannya, ia tidak boleh menganggap
kesimpulannya sebagai kebenaran final. Apa yang benar pada saat tertentu belum
tentu dianggap benar pada saat yang lain akibat adanya bukti atau data yang
baru yang menggugurkannya.
Dengan demikian pencarian kebenaran
ilmiah merupakan suatu proses yang tidak akan pernah berhenti, dan inilah
kekuatan sebuah ilmu yang akan selalu mengikuti perkembangan zaman dan
kemajuan.
D.
Hubungan Linguistik Terapan Dengan Pembelajaran Bahasa
Mengenai kaitan linguistik terapan
dan pengajaran bahasa, Soenardji menjelaskan sebagai berikut: Analisis ilmiah
atas berbagai gejala yang terumuskan menjadi kaidah fonologik, morfologik dan
sintaktis diproses menjadi bahan ajar dalam pengajaran bahasa.
Hasil pembahasan akademik dan hasil
penelitian yang punya bobot teoritik kebahasaan ditransfer menjadi dalil-dalil
pemandu pemakaian bahasa yang baik dan benar melalui kegiatan pendidikan
bahasa. Kalau kita umpamakan linguistik dan pengajaran sebagai dua kutub, maka
antara dua kutub itu perlu adanya penyambung yang dapat melayani keduanya
dengan sebaik-baiknya.
Sarana pelayanan itu adalah suatu
disiplin baru yang disebut linguistik terapan. Bagi kepentingan pengajaran
bahasa, linguistik terapan tersebut memusatkan perhatiannya pada
1)
Butir-butir teoritik yang mempunyai keabsahan kuat dalam linguistik, dan
2)
berbagai kemungkinan dan alternatif untuk memandu pelaksanaan pengajaran
bahasa. Kemungkinan dan alternatif itu diupayakan agar seiring dan sejalan
dengan butir teoritik dalam linguistik.
Secara lebih transparan, Ramelan
menjelaskan tentang kegunaan linguistik terhadap pengajaran bahasa, antara
lain:
1)
Memberi pijakan tentang prinsip-prinsip pengajaran bahasa asing, termasuk
didalamnya pendekatan, metode dan teknik.
2)
Memberi arahan atau pijakan mengenai isi/materi bahasa yang akan diajarkan yang
didasarkan pada diskripsi bahasa yang mendetail, termasuk cara
mempresentasikan.
Selanjutnya Ramelan menyatakan, jika
para linguis struktural percaya akan sumbangan linguistik terhadap pengajaran
bahasa, maka linguis transformsional tidak pernah mengklaim demikian.
Menurut yang terakhir, linguistik
adalah suatu ilmu yang otonom, yang mencoba mempelajari bahasa sebagai alat
komunikasi yang digunakan manusia tanpa mempertimbangkan kemungkinan teori
mereka tentang bahasa dapat diterapkan pada pengajaran bahasa.
Ini mungkin tidak dapat dilepaskan
dari sikap Chomsky sendiri (tokoh transformasional), bahkan dia pernah
menyatakan dalam suatu konferensi guru-guru bahasa, bahwa seorang linguis tidak
pernah bermaksud menyibukkan dirinya dalam persoalan-persoalan pengajaran
bahasa (linguists never intended to address themselves to thee problem of
teaching a language).
Meskipun demikian, banyak penganut
tranformasional yang percaya bahwa aspek kreatif bahasa yang ada pada diri
seseorang (salah satu tinjauan aliran ini) dapat diterapkan pada pengajaran
bahasa, misalnya dengan melatih siswa untuk menciptakan dan menghasilkan
kalimat-kalimat dalam bahasa yang sedang mereka pelajari.
Sementara kesepakatan linguis
struktural tentang peranan linguistik terhadap pengajaran bahasa, juga tidak
terlepas dari sikap Bloomfield. Disamping dia seorang linguis, dia juga seorang
yang ahli di bidang pengajaran bahasa.
Hal ini ditunjukkan dari
perhatiannya yang besar terhadap pengajaran bahasa-bahasa modern. Bahkan dia
sangat mengkritik penggunaan metode tata bahasa terjemahan (grammar-translation
method). Menurutnya tujuan utama pengajaran bahasa asing harus didasarkan pada
penguasaan oral bahasa tersebut. Dari sini lahir suatu pendekatan yang terkenal
dengan “Oral-Aural Approach”.
Sumber :
·
Verharr, J.W.M. 2008. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
·
Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta:
Rineka Cipta.
makasih....in membantu banget buat tugas kuliah
BalasHapus