Minggu, 06 Januari 2013

Teori Linguistik di Indonesia


Teori linguistik di Indonesia banyak dipengaruhi oleh linguistik Barat (Eropa-Amerika) karena dari sanalah para linguis banyak belajar tentang linguistik. Secara umum, perkembangan linguistik di Indonesia dapat dibagi ke dalam bebera periode berikut ini.
1.  …. sampai 1940
Sampai akhir abad 19 yang disebut tata bahasa adalah kelas kata sehingga buku-buku tata bahasa banyak mengulas tentang hal tersebut. Hal itu karena banyak mendapat pengaruh tata bahasa tradisional model Yunani dan Latin. Beberapa buku tata bahasa tertua tentang bahasa melayu antara lain:
a. Grondt of te Kort Bericht van de Maleysche Tale, Vervat in Twee Deelen: Her Eerste handelende van de Letters ende haren aenhanh. Het andere van de deelen eener Redene (1653) karya Joannes Roman. Buku ini digunakan sebagai sarana misionaris Kristen melalui penerjemahan Injil.
b. Bustanulkatibin (1850) dan Kitab Pengetahuan Bahasa (1858/1929) karangan Raja Ali Haji, seorang sastrawan dan linguis asal Riau.
c. Kitab jang Menyatakan Djalan Bahasa Melajoe (1910) karya Koewatin Sasrasoeganda.
d. Maleische Spraakkunst (1915) karya Ch. A van Ophuysen. Buku ini mulai menggunakan pendekatan filologi.
e. Kitab ABC karangan Lim Kim Hok. Buku ini berisi tata bahasa Melayu Rendah yang pada saat itu merupakan lingua franca.
2. Tahun 40-an sampai 60-an
Pada periode ini karya-karya kebahasaan dapat dibagi atas tata bahasa pedagogis (digunakan untuk pengajaran bahasa Indonesia di sekolah) dan tata bahasa teoretis. Contoh karya-karya pedagogis adalah:
a. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia (1949-1950) karya STA yang banyak berpengaruh pada pengajaran bahasa Indonesia.
b. Tata Bahasa Indonesia (1951) karya C.A. Mees.
c. Djalan bahasa Indonesia (1942) karya Sutan M. Zain.
Penelitian yang bersifat ilmiah dan teoretis belum berkembang pesat pada periode ini namun beberapa buku berusaha mengungkap sisi lain bahasa Indonesia secara ilmiah, misalnya:
a. Mencari Sendi Baru Tata Bahasa Indonesia (1950) karya Armin Pane. Karya ini menekankan aspek bunyi.
b. Inleiding tot de Studie van de Indonesische Syntaxis (1951) yang diterjemahkan menjadi Pengantar Sintaksis Bahasa Indonesia. Buku karya Fokker ini mendapat pengaruh aliran Praha.
c. Kaidah Bahasa Indonesia (1956-1957) karya Slametmuljana ini bersifat generatif.
3. Tahun 60-an sampai 70-an
Periode ini menandai dimulainya kajian-kajian empiris tentang bahasa Indonesia maupun bahasa-bahasa lain. Contoh karya-karya yang muncul antara lain:
a. artikel tentang fonologi bahasa Jawa dan sistem fonem dan ejaan (1960) oleh Samsuri.
b. Artikel tentang morfem-morfem produktif (1960) oleh TW. Kamil dan Sugeng Sikarso.
c. Artikel tentang IC Analysis (1964) dan kata majemuk (1965) dengan menggunakan model IA oleh Ramlan.
Ciri-ciri penelitian pada saat itu adalah:
- dipengaruhi gerakan deskriptivisme
- menganut aliran Neo-Bloomfieldian dan bersifat behavioristik
- ketat dalam metodologi
- bahasa lisan menjadi objek utama.
4. Tahun 70-an sampai 80-an
Antara tahun tersebut teori linguistik Indonesia ditandai penerapan teori aliran Leiden, dan teori TG. Penelitian linguistik mulai berkembang dan banyak mendapat pengaruh dari aliran-aliran tersebut. Para sarjana yang mencoba menerapkan teori deskriptif Leiden antara lain Muhajir, Badudu, Ayatrohaedi, dan Tarigan.
Para sarjana yang mendapat beasiswa Ford Foundation juga mulai menerapkan teori TG, mislanya Samsuri (yang sebelumnya beraliran Neo-Bloomfieldian) beralih ke TG. Salah satu karyanya Tata Kalimat Bahasa Indonesia (1985). Ada juga sarjana yang melakukan penelitian bersifat fungsionalistis, misalnya Sudaryanto, dalam karyanya Predikat-Obyek dalam Bahasa Indonesia (1979).
Hal baru yang diperkenalkan dalam sistem bahasa Indonesia adalah mengenai wacana sebagai satuan terbesar dalam hierarki gramatikal. Konsep ini diperkenalkan Kridalaksana (1970 dan 1978).
5. Tahun 80-an sampai 90-an
Pada periode ini perkembangan teori linguistik merupakan sintesis atas teori-teori yang ada. Penelitian dalam bidang pragmatik mulai mendapat tempat cukup penting dalam penelitian linguistik Indonesia. Selain itu, Kridalaksana mengupayakan dibangunnya sebuah teori sintaksis yang merupakan sebuah sintesis dengan dipengaruhi oleh gerakan fungsionalisme. Selain hal itu, beberapa kegiatan ilmiah, seminar, lokakarya, dan semacamnya diselenggarakan guna mendorong perkembangan linguistik di Indonesia.
Kemajuan yang dicapai sepanjang sejarah linguistik Indonesia dalam beberapa bidang kajiannya antara lain:
1. Bidang fonologi
a. masuknya konsep fonem (tahun 70-an)
b. masuknya wawasan tentang unsur suprasegmental oleh Amran Halim, Intonasi (1969), dan Hans Lapoliwa (1981) dengan fonologi generatifnya.
c. Usaha memahami lafal bahasa Indonesia oleh Joko Kencono (1983).
2. Bidang morfologi
a. masuknya konsep morfem (tahun 60-an)
b. pemakaian Model IA
c. penggunaan Model IP
3. Bidang Sintaksis
a. pengenalan konsep hierarki gramatikal dalam linguistik Indonesia.
b. Pengenalan konsep frasa menggunakan teori Hockett (aliran Neo-Bloomfieldian) oleh Ramlan (1964)
c. Pengenalan teori tagmemik oleh Kridalaksana (70-an)
d. Sudaryanto (1979) mempertajam konsep klausa.
4. Bidang leksikografi
Muncul seorang pelopor leksikografi modern Indonesia, yaitu W.J.S. Poerwadarminta. Kamusnya yang terkenal adalah Kamus Umum Bahasa Indonesia (1952). Selain itu ia juga menaruh perhatian pada bahasa Jawa dan Jawa Kuno.
Perkembangan linguistik malahan semakin meriah pada tahun 2000 hingga sekarang ini dengan munculnya beragam bidang dan pendekatan kajian linguistik yang dilakukan di pelbagai universitas di Indonesia. Ada juga kecendrungan beberapa tahun terakhir penelitian linguistik berorientasi pada eksplorasi bidang pragmatik bahasa Indonesia. Hal itu bisa dilihat dari seringnya muncul tulisan-tulisan (jurnal, makalah, artikel, tesis, atau disertasi) yang menggali secara khusus pragmatik bahasa Indonesia. Saya menduga-duga barangkali ini karena dipicu oleh kolom bahasa Indonesia di harian Media Indonesia yang diasuh oleh Rahardi yang banyak menjawab permasalahan pragmatik. Namun, untuk mengetahui perkembangan mutakhir linguistik Indonesia saat ini diperlukan survei lagi yang lebih mendalam.

Sumber : - Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
     Kamalinev.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar